KOREA SELATAN, NEW PAGES NEW STORIES: BINTANG HANYA TERLIHAT INDAH DILIHAT DARI KEJAUHAN

Penulisan analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perekonomian di Korea Selatan dilihat dari segi perkembangan strategi beserta perencanaan perekonomiannya, peta perekonomomiannya, serta struktur produksi, distribusi pendapatan dan kemiskinan di negara tersebut.

Korea Selatan, lima puluh tahun yang lalu tidak ada satu orang pun yang memperkirakan bahwa negara miskin itu akan bertransformasi menjadi raksasa ekonomi seperti sekarang ini. Siapa yang pernah menyangka negara bekas jajahan dan perang saudara di dalamnya terjadi akan menjadi salah satu negara dengan teknologi termaju seperti sekarang ini.

Kata kunci : Korea Selatan dan Perekonomian Korea Selatan

 

BAB 2 PERKEMBANGAN STRATEGI & PERENCANAAN PEREKONOMIAN INDONESIA

A. MACAM-MACAM STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI

Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor–faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor/variabel utama yang menjadi penentu jalannya proses pertumbuhan. Bebarapa strategi pembangunan ekonomi yang dapat disampaikan adalah :

Strategi Pertumbuhan

Strategi pembangunan ekonomi suatu Negara akan terpusat pada upaya pembentukan modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah, dan memusatkan, sehingga dapat menimbulkan Efek pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat ke bawah (trickle-down-effect), pendistribusian kembali.

Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan terciptanya pertumbuhan ekonomi.

Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.

KOREA SELATAN

Sebagai bagian dari Negara maju di dunia, Korea Selatan tidak menggunakan strategi ini untuk pembangunan ekonomi mereka. Mereka memiliki strategi tersendiri dalam hal pembangunan ekonomi, yaitu motivasi, fokus, dan pengembangan kapasitas.

Strategi Motivasi, pada masa awal pembangunan  Negara Korea Selatan setelah Perang Korea, Presiden Park Chung Hee (presiden yang menjabat pada saat itu) menekankan bahwa pemerintah hanya akan mendukung petani yang memang berinisitiaf memperbaiki diri. Dalam program tersebut desa dibedakan ke dalam tiga golongan berdasarkan keinginan membangun mereka, yaitu desa pemula (elementary), desa yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri (self help) dan desa mandiri (self reliant). Semakin tinggi motivasi, semakin besar bantuan pemerintah. Pemerintah hanya akan membantu mereka yang melakukan perbaikan bukan yang membutuhkan perbaikan.

Strategi Fokus, strategi ini lahir dari budaya Korea. Budaya fokus ini diterapkan Korea Selatan dalam menciptakan dunia usaha yang kompetitif di pasar internasional. Dengan strategi fokus ini Korea Selatan 40 tahun-an yang lalu memilih 5 industri besar dan industri kimia (heavy and chemical industries – HCI) yang dijadikan target pengembangan, yaitu elektronik, automobil, kapal laut, besi dan kimia. Kelima industri tersebut pada saat itu masih sangat lemah. Prinsipnya, pemilihan industri yang akan dikembangkan, tidak didasarkan pada industri yang memiliki comparative advantage pada masa sekarang, tetapi pada industri yang akan memiliki comparative advantage pada masa depan.

Strategi Pengembangan Kapasitas, pemerintah Korea Selatan berfokus pada pengembangan SDM maupun dunia usaha. Pada tingkat SDM individu, pemerintah Korea Selatan menekankan pendidikan universal dan pendidikan elite. Dalam pendidikan universal ditekankan program penyiapan tenaga guru, melalui pendirian pendidikan tinggi keguruan pada tahun 1962. Dalam pengembangan kapasitas perusahaan pemerintah Korea Selatan mendorong perusahaan-perusahaan meningkatkan kapasitas mereka dari sekadar “pabrik’ menjadi “subkontraktor” dan akhirnya menjadi “kontraktor.”

Strategi Pembangunan dengan Pemerataan

Keadaan sosial antara si kaya dan si miskin mendorong para ilmuwan untuk mencari alternatif. Alternatif baru yang muncul adalah strategi pembangunan pemerataan. Strategi ini dikemukakan oleh Ilma Aldeman dan Morris. Yang menonjol pada pertumbuhan pemerataan ini adalah ditekannya peningkatan pembangunan melalui teknik social engineering, seperti melalui penyusunan rencana induk, paket program terpadu. Dengan kata lain, pembangunan masih diselenggarakan atas dasar persepsi, instrumen yang ditentukan dari dan oleh mereka yang berada “diatas” (Ismid Hadad, 1980). Namun ternyata model pertumbuhan pemerataan ini juga belum mampu memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang berkembang seperti pengangguran masal, kemiskinan struktural dan kepincangan sosial.

KOREA SELATAN

Sebagai bagian dari Negara maju di dunia, Korea Selatan tidak menggunakan strategi ini untuk pembangunan ekonomi mereka. Mereka memiliki strategi tersendiri dalam hal pembangunan ekonomi, yaitu motivasi, fokus, dan pengembangan kapasitas.

Strategi Motivasi, pada masa awal pembangunan  Negara Korea Selatan setelah Perang Korea, Presiden Park Chung Hee (presiden yang menjabat pada saat itu) menekankan bahwa pemerintah hanya akan mendukung petani yang memang berinisitiaf memperbaiki diri. Dalam program tersebut desa dibedakan ke dalam tiga golongan berdasarkan keinginan membangun mereka, yaitu desa pemula (elementary), desa yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri (self help) dan desa mandiri (self reliant). Semakin tinggi motivasi, semakin besar bantuan pemerintah. Pemerintah hanya akan membantu mereka yang melakukan perbaikan bukan yang membutuhkan perbaikan.

Strategi Fokus, strategi ini lahir dari budaya Korea. Budaya fokus ini diterapkan Korea Selatan dalam menciptakan dunia usaha yang kompetitif di pasar internasional. Dengan strategi fokus ini Korea Selatan 40 tahun-an yang lalu memilih 5 industri besar dan industri kimia (heavy and chemical industries – HCI) yang dijadikan target pengembangan, yaitu elektronik, automobil, kapal laut, besi dan kimia. Kelima industri tersebut pada saat itu masih sangat lemah. Prinsipnya, pemilihan industri yang akan dikembangkan, tidak didasarkan pada industri yang memiliki comparative advantage pada masa sekarang, tetapi pada industri yang akan memiliki comparative advantage pada masa depan.

Strategi Pengembangan Kapasitas, pemerintah Korea Selatan berfokus pada pengembangan SDM maupun dunia usaha. Pada tingkat SDM individu, pemerintah Korea Selatan menekankan pendidikan universal dan pendidikan elite. Dalam pendidikan universal ditekankan program penyiapan tenaga guru, melalui pendirian pendidikan tinggi keguruan pada tahun 1962. Dalam pengembangan kapasitas perusahaan pemerintah Korea Selatan mendorong perusahaan-perusahaan meningkatkan kapasitas mereka dari sekadar “pabrik’ menjadi “subkontraktor” dan akhirnya menjadi “kontraktor.”

Strategi Ketergantungan

Kemiskinan di negara–negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak/negara lainnya. Oleh karena itu jika suatu negara ingin terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, negara tersebut harus mengarahkan upaya pembangunan ekonominya pada usaha melepaskan diri dari ketergantungandari pihak lain. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya adalah meningkatkan produksi nasional yang disertai dengan peningkatan kemampuan dalam bidang produksi, lebih mencintai produk nasional.

KOREA SELATAN

Sebagai bagian dari Negara maju di dunia, Korea Selatan tidak menggunakan strategi ini untuk pembangunan ekonomi mereka. Mereka memiliki strategi tersendiri dalam hal pembangunan ekonomi, yaitu motivasi, fokus, dan pengembangan kapasitas.

Strategi Motivasi, pada masa awal pembangunan  Negara Korea Selatan setelah Perang Korea, Presiden Park Chung Hee (presiden yang menjabat pada saat itu) menekankan bahwa pemerintah hanya akan mendukung petani yang memang berinisitiaf memperbaiki diri. Dalam program tersebut desa dibedakan ke dalam tiga golongan berdasarkan keinginan membangun mereka, yaitu desa pemula (elementary), desa yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri (self help) dan desa mandiri (self reliant). Semakin tinggi motivasi, semakin besar bantuan pemerintah. Pemerintah hanya akan membantu mereka yang melakukan perbaikan bukan yang membutuhkan perbaikan.

Strategi Fokus, strategi ini lahir dari budaya Korea. Budaya fokus ini diterapkan Korea Selatan dalam menciptakan dunia usaha yang kompetitif di pasar internasional. Dengan strategi fokus ini Korea Selatan 40 tahun-an yang lalu memilih 5 industri besar dan industri kimia (heavy and chemical industries – HCI) yang dijadikan target pengembangan, yaitu elektronik, automobil, kapal laut, besi dan kimia. Kelima industri tersebut pada saat itu masih sangat lemah. Prinsipnya, pemilihan industri yang akan dikembangkan, tidak didasarkan pada industri yang memiliki comparative advantage pada masa sekarang, tetapi pada industri yang akan memiliki comparative advantage pada masa depan.

Strategi Pengembangan Kapasitas, pemerintah Korea Selatan berfokus pada pengembangan SDM maupun dunia usaha. Pada tingkat SDM individu, pemerintah Korea Selatan menekankan pendidikan universal dan pendidikan elite. Dalam pendidikan universal ditekankan program penyiapan tenaga guru, melalui pendirian pendidikan tinggi keguruan pada tahun 1962. Dalam pengembangan kapasitas perusahaan pemerintah Korea Selatan mendorong perusahaan-perusahaan meningkatkan kapasitas mereka dari sekadar “pabrik’ menjadi “subkontraktor” dan akhirnya menjadi “kontraktor.”

Strategi yang Berwawasan Ruang

Pada argumentasi Myrdall dan Hirschman terdapat dua istilah yaitu “back-wash effects” dan “spread effects” .

“Back-wash Effects” adalah kurang maju dan kurang mampunya daerah-daerah miskin untuk membangun dengan cepat disebutkan pula oleh terdapatnya beberapa keadaan yang disebut Myrdall.

“spread effects” (pengaruh menyebar), tetapi pada umumnya spread-effects yang terjadi adalah jauh lebih lemah dari back-wash effectsnya sehingga secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan memperlambat jalnnya pembangunan di daerah miskin.

Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah bahwa Myrdall tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai, sedangkan Hirschman percaya, sekalipun baru akan tercapai dalam jangka panjang.

Pada masa Presiden Park Chung Hee, ia memerintahkan seluruh rakyatnya untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Dimulai dengan membangun desa-desa di mana para petani diminta untuk dapat lebih bertanggungjawab dengan hasil produksi mereka, sang presiden juga mencanangkan supaya masyarakat Korea Selatan mendapatkan pendidikan universal dan pendidikan elite. Pendidikan universal ditekankan program penyiapan tenaga guru. Pada pendidikan elite, Korea Selatan memberikan beasiswa sampai jenjang S3 bagi pelajar berprestasi di negara-negara maju.

KOREA SELATAN

Sebagai bagian dari Negara maju di dunia, Korea Selatan tidak menggunakan strategi ini untuk pembangunan ekonomi mereka. Mereka memiliki strategi tersendiri dalam hal pembangunan ekonomi, yaitu motivasi, fokus, dan pengembangan kapasitas.

Strategi Motivasi, pada masa awal pembangunan  Negara Korea Selatan setelah Perang Korea, Presiden Park Chung Hee (presiden yang menjabat pada saat itu) menekankan bahwa pemerintah hanya akan mendukung petani yang memang berinisitiaf memperbaiki diri. Dalam program tersebut desa dibedakan ke dalam tiga golongan berdasarkan keinginan membangun mereka, yaitu desa pemula (elementary), desa yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri (self help) dan desa mandiri (self reliant). Semakin tinggi motivasi, semakin besar bantuan pemerintah. Pemerintah hanya akan membantu mereka yang melakukan perbaikan bukan yang membutuhkan perbaikan.

Strategi Fokus, strategi ini lahir dari budaya Korea. Budaya fokus ini diterapkan Korea Selatan dalam menciptakan dunia usaha yang kompetitif di pasar internasional. Dengan strategi fokus ini Korea Selatan 40 tahun-an yang lalu memilih 5 industri besar dan industri kimia (heavy and chemical industries – HCI) yang dijadikan target pengembangan, yaitu elektronik, automobil, kapal laut, besi dan kimia. Kelima industri tersebut pada saat itu masih sangat lemah. Prinsipnya, pemilihan industri yang akan dikembangkan, tidak didasarkan pada industri yang memiliki comparative advantage pada masa sekarang, tetapi pada industri yang akan memiliki comparative advantage pada masa depan.

Strategi Pengembangan Kapasitas, pemerintah Korea Selatan berfokus pada pengembangan SDM maupun dunia usaha. Pada tingkat SDM individu, pemerintah Korea Selatan menekankan pendidikan universal dan pendidikan elite. Dalam pendidikan universal ditekankan program penyiapan tenaga guru, melalui pendirian pendidikan tinggi keguruan pada tahun 1962. Dalam pengembangan kapasitas perusahaan pemerintah Korea Selatan mendorong perusahaan-perusahaan meningkatkan kapasitas mereka dari sekadar “pabrik’ menjadi “subkontraktor” dan akhirnya menjadi “kontraktor.”

Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok

Sasaran strategi ini adalah menaggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan dikeluarkannya dokumen: Employment, Growth, and Basic Needs : A One World Problem. ILO dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipengaruhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok dan sejenisnya.

KOREA SELATAN

Sebagai bagian dari Negara maju di dunia, Korea Selatan tidak menggunakan strategi ini untuk pembangunan ekonomi mereka. Mereka memiliki strategi tersendiri dalam hal pembangunan ekonomi, yaitu motivasi, fokus, dan pengembangan kapasitas.

Strategi Motivasi, pada masa awal pembangunan  Negara Korea Selatan setelah Perang Korea, Presiden Park Chung Hee (presiden yang menjabat pada saat itu) menekankan bahwa pemerintah hanya akan mendukung petani yang memang berinisitiaf memperbaiki diri. Dalam program tersebut desa dibedakan ke dalam tiga golongan berdasarkan keinginan membangun mereka, yaitu desa pemula (elementary), desa yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri (self help) dan desa mandiri (self reliant). Semakin tinggi motivasi, semakin besar bantuan pemerintah. Pemerintah hanya akan membantu mereka yang melakukan perbaikan bukan yang membutuhkan perbaikan.

Strategi Fokus, strategi ini lahir dari budaya Korea. Budaya fokus ini diterapkan Korea Selatan dalam menciptakan dunia usaha yang kompetitif di pasar internasional. Dengan strategi fokus ini Korea Selatan 40 tahun-an yang lalu memilih 5 industri besar dan industri kimia (heavy and chemical industries – HCI) yang dijadikan target pengembangan, yaitu elektronik, automobil, kapal laut, besi dan kimia. Kelima industri tersebut pada saat itu masih sangat lemah. Prinsipnya, pemilihan industri yang akan dikembangkan, tidak didasarkan pada industri yang memiliki comparative advantage pada masa sekarang, tetapi pada industri yang akan memiliki comparative advantage pada masa depan.

Strategi Pengembangan Kapasitas, pemerintah Korea Selatan berfokus pada pengembangan SDM maupun dunia usaha. Pada tingkat SDM individu, pemerintah Korea Selatan menekankan pendidikan universal dan pendidikan elite. Dalam pendidikan universal ditekankan program penyiapan tenaga guru, melalui pendirian pendidikan tinggi keguruan pada tahun 1962. Dalam pengembangan kapasitas perusahaan pemerintah Korea Selatan mendorong perusahaan-perusahaan meningkatkan kapasitas mereka dari sekadar “pabrik’ menjadi “subkontraktor” dan akhirnya menjadi “kontraktor.”

 

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi  pembangunan ekonomi diantaranya:

  1. Ukuran suatu Negara (geografis, penduduk dan pendapatan)
  2. Sistem & struktur politik
  3. Latar belakang historis
  4. Hubungan internasional
  5. Bantuan modal internasional
  6. Pemerataan & pertumbuhan penduduk
  7. Pendidikan
  8. Teknologi

 

C. STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

Sebelum orde baru strategi pembangunan di Indonesia secara teori telah diarahkan pada usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataannya nampak adanya kecendrungan lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik dan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi.

Sedangkan pada awal orde baru, strategi pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada tindakan pembersihan dan perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar, terutama usaha untuk menekan laju inflasi yang sangat tinggi (hyper inflasi).

Dari keterangan pemerintah yang ada, dapat sedikit disimpulkan bahwa strategi pembangunan di Indonesia tidak mengenal perbedaan strategi yang ekstrem. Sebagai contoh selain strategi pemerataan pembangunan, Indonesia tidak mengesampingkan strategi pertumbuhan dan strategi yang berwawasan ruang (terbukti dengan dibaginya wilayah Indonesia dengan berbagai wilayah pembangunan I, II, III dan seterusnya). Periode ini kemudian disusul dengan periode Repelita dan dalam setiap Repelita, khususnya sejak Repelita II, strategi pembangunan ekonomi yang diberlakukan di Indonesia adalah strategi yang mengacu pada pertumbuhan yang sekaligus berorientasi pada keadilan (pemerataan), menghapus kemiskinan, dan juga keadilan (pemerataan) antar daerah. Pembagian wilayah pembangunan ini tidak didasarkan pada pembagian secara adminstratif politis yang ada.

KOREA SELATAN

Dimulai pada tahun 1962, pembangunan ekonomi berkesinambungan dilakukan oleh Korea Selatan. Melalui program lima tahun yang merupakan katalisator transformasi perekonomiannya, pada tahun 1970-an Korea Selatan telah mampu meraih status sebagai Newly Industrialising Country (NIC). Kebijakan-kebijakan strategis seperti Export Oriented Industrialization (EOI) dan Heavy and Chemicals Industries (HCI), serta lembaga atau institusi penunjang pembangunan seperti Economic Planning Board  dan Korean Central Intelligence Agency yang merupakan beberapa faktor penting dalam proses transformasi ekonomi di Korea Selatan lahir dalam proses pembangunan tersebut. Kebijakan HCI sendiri dapat dikatakan sebagai salah satu faktor utama yang membentuk karakteristik perekonomian Korea Selatan seperti sekarang ini. Perubahan yang cukup signifikan dari negara agraris menjadi negara industri manufaktur

 

D. PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untukmencapai tujuan yang diinginkan secara tepat; terarah dan efsien sesuaidengan sumberdaya yang tersedia. Dengan demikian, secara umumperencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuanpembangunan secara tepat, terarah dan efsien sesuai dengan kondisi negaraatau daerah bersangkutan.

Ada beberapa pengertian perencanaan pembangunan menurut beberapa ahli, yakni

  1. Perencanaan Pembangunan menurut Arthur W. Lewis (1965) adalah ‘Suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumber daya yang tersedia secara lebih produktif.

Sedangkan rangsangan tersebut diberikan dalam bentuk insentiif-insentif ekonomi baik secara mikro maupun makro yang dapat mendorong penggunaan sumber daya secara lebih produktif sehingga proses pembangunan akan menjadi lebih meningkat.

  1. Kemudian M.L. Jhingan (1984) seorang ahli perencanaan pembangunan bangsa India. Menurut dia ‘Perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.
  2. Michael Todaro juga mendefnisikan bahwa perencanaan ekonomi dapat digambarkan sebagai ‘Suatu upaya pemerintah secara sengaja untuk melakukan koordinasi pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung tingkat pertumbuhan dan beberapa variabel utama perekonomian nasional.
  3. Perencanaan pembangunan di Indonesia menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 mendefnisikan perencanaan pembangunan sebagai berikut “Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.”

KOREA SELATAN

Sejak tahun 2003 Pemerintah Korea Selatan telah mengubah paradigma pembangunannya dari yang awalnya berbentuk top-down menjadi bottom-up. Korea Selatan memiliki rencana dan pandangan baru untuk dapat mengembangkan sebuah pembangunan yang merata dan seimbang (balanced growth model). Untuk mewujudkannya bahkan pemerintah pada tahun 2003 membentuk sebuah badan yang dikhususkan untuk mengkaji dan mensosialisasikan penerapan pembangunan seimbang yang bernama Presidential Committee on Balanced National Development (PCBND). Mulai berkembangnya konsep jaringan produksi global atau Global Production Networks (GPN) merupakan salah satu alasan mengapa Korea Selatan benar-benar mendesak dan harus mengembangkan konsep pembangunan seimbang. Konsep GPN memberikan paradigma baru bahwa pembangunan yang optimal dapat dikembangkan dengan mengadakan kesatuan wilayah atau bahkan negara dalam kegiatan produksi.

Selain fokus di Seoul sebagai ibukota, Korea Selatan juga mempunyai Kota Busan. Kota ini bukan ibukota tetapi menjadi sebuah pengembangan kota metropolitan dan kosmopolitan sendiri dengan julukan “Busan Innovation City”. Kota Busan merupakan sebuah kota yang dikembangkan sebagai sebuah innovation city atau kota inovasi. Implementasi dari Busan Innovation City ini sesuai dengan aksi rencana dari Pemerintah Korea Selatan yang ingin menerapkan desentralisasi pemerintahan. Busan direncanakan menjadi sebuah kota yang mewadahi salah satu perkembangan wilayah di Korea Selatan dan salah satu dari proyek relokasi berbagai institusi ke berbagai wilayah. Kunci keberhasilannya adalah peran kerja sama dari industri lokal, akademisi, institusi penelitian (litbang), dan LSM yang ada yang bersama-sama membantu jalannya pembangunan wilayah.  Kota Busan direncanakan akan mengembangan tiga sektor yaitu sektor maritim dengan peningkatan perkonomian di bidang produksi hasil perikanan, pengembangan sektor industri perfilman, dan pengembangan sektor keuangan. Menariknya, Kota Busan ini kemudian direncanakan dengan membagi 4 distrik dengan masing-masing fokus. Pengembangan distrik yang berbeda fokus ini dikarenakan pemerintah Korea Selatan menginginkan tiap distrik dapat memfokuskan pembangunan sesuai dengan bidang atau sektornya. Selain itu hal ini menjadi kemudahan koordinasi dan perencanaan baik bagi pemerintah maupun bagi para investor, pengunjung, dan pihak-pihak lainnya.

 

BAB 3 PETA PEREKONOMIAN INDONESIA

A. KEADAAN GEOGRAFIS INDONESIA

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang membentang dari Provinsi Aceh sampai dengan Papua. Terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau kecil. Dua per tiga wilayah Indonesia merupakan perairan. Beberapa wilayah di Indonesia dilalu garis khatulistiwa. Letak astronomis Indonesia berada pada 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Hal ini menyebabkan tiga pembagian waktu yang ada di Indonesia. Berdasarkan kondisi geografis Indonesia terdapat beberapa pengaruh dan karakteristik yang dihasilkan.

Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia. Serta diapit oleh dua samudera, yaitu samudera Pasifik dan samudera Hindia.

Indonesia memiliki iklim tropis. Berbagai macam flora dan fauna dapat ditemukan di Indonesia. Dengan kondisi iklim yang seperti itu menyebabkan beberapa hasil bumi dan industri menjadi sangat spesifik sifatnya. Maka diperlukan usaha untuk memanfaatkan keunikan tersebut untuk memenangkan persaingan di pasar lokal maupun internasional.

Indonesia juga kaya akan bahan tambang, seperti yang telah sejarah buktikan, salah satu jenis tambang kita yakni minyak bumi, pernah menjadikan Negara Indonesia memperoleh dana pembangunan yang sangat besar, sehingga pada saat itu target pertumbuhan perekonomia kita berani ditetapkan sebesar 7,5%

KOREA SELATAN

Semenanjung Korea terletak di sebelah Timur-laut Asia, dibatasi oleh sungai Amnok yang biasa juga dikenal sebagai sungai Yalu di sebelah Barat-laut yang memisahkan Korea dari Cina. Di sebelah Timur-laut terdapat sungai Duman atau disebut juga sungai Tumen yang memisahkan Korea dari Cina dan juga Rusia. Semenanjung Korea diapit oleh Laut Kuning (the Yellow Sea) di sebelah Barat, dan laut Timur (the East Sea) di sebelah Timur. Di sekitar Semenanjung Korea terdapat beberapa pulau penting diantaranya adalah pulau Jeju, pulau Ulleung, dan pulau Dokdo.

Sekitar 70% wilayah Korea merupakan pegunungan, sehingga Korea termasuk sebagai wilayah dengan pegunungan terbanyak di dunia. Daerah perbukitan juga batu kapur di Korea menciptakan pemandangan bukit dan lembah yang menakjubkan. Pegunungan yang membentang sepanjang pantai Timur hingga Laut Timur, pegunungan yang membentang sepanjang pantai Selatan dan Barat, dan pegunungan yang turun-temurun hingga ke dataran pantai, semuanya menghasilkan tanaman pertanian Korea, terutama padi.

  • Posisi geografi antara 33˚- 44˚ lintang Utara, dan 124˚-132˚ lintang Bujur Timur (termasuk Korea Utara)
  • Gunung tertinggi di Korea Selatan adalah gunung Hallasan yang terletak di pulau Jeju, dengan ketinggian 1.950 meter (6.400 kaki); gunung Jirisan dengan ketinggian 1.915 meter (6.283 kaki); dan gunung Seoraksan dengan ketinggian 1.708 meter (5.604 kaki)
  • Sungai Nakdonggang dengan panjang hingga, 522 km (324 miles); sungai Hangang dengan panjang 494 km (307 miles); sungai Geumgang dengan panjang 396 km (246 miles)
  • Status ekonomi Korea pada tahun 2010 – GNI USD 986,2 Milyar; GNI per-kapita: USD 20.759

 

B. MATA PENCAHARIAN

Mata pencaharian penduduk Indonesia sebagian besar masih berada di sektor agraris, yang tinggal di desa dengan mata pencaharian seperti pertanian, peternakan, perkebunan, dan sebagainya. Kontribusi sektor pertanian terhadap GDP secara absolut masih dominan, akan tetapi apabila dibandingkan dengan sektor-sektor di luar pertanian, menampakkan adanya penurunan dalam prosentase. Yang perlu diperhatikan adalah komoditi yang dihasilkan dari sektor ini relative tidak memiliki nilai tambah yang tinggi, sehingga tidak dapat bersaing dengan komoditi dari sektor lain, semisal sektor industri. Sehingga sebagian masyarakat Indonesia yang memang bermata pencaharian sebagai petani semakin tertinggal dari temannya yang bekerja dan memiliki akses di sektor industri (kota).

KOREA SELATAN

Statistika_Pekerjaan

Mata Pencaharian “Primer” (hijau) sepeti agrikultur, perkebunan, dan perikanan merupakan mata pencaharian utama pada tahun 1960-an tetapi waktu ke waktu terus berkurang sehingga pada saat ini merupakan mata pencaharian yang paling tidak popular.

Mata Pencaharian “Sekunder” (Merah) sepeti pertambangan dan manufaktur pada awalnya kurang digemari penduduk tetapi pada tahun 1990 sektor ini meningkat. Akan tetapi, pada tahun-tahun berikutnya jumlah pekerja di sector ini menurun sedikit demi sedikit.

Mata Pencaharian “Tersier” (Biru) seperti pelayanan dan jasa pada awalnya cukup banyak pekerjanya. Sampai saat ini, sektor ini lah yang paling banyak dipenuhi oleh pekerja-pekerja Korea.

 

C. SUMBER DAYA MANUSIA

Kualitas sumber daya manusia Indonesia semakin baik. Setidaknya itu tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF) yang dirilis Rabu (13/9). Dalam laporan berjudul Global Human Capital Report 2017, yang mengkaji kualitas SDM di 130 negara berdasarkan sejumlah indikator yang dipakai, Indonesia berada di urutan ke-65, naik tujuh peringkat jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Namun, secara rata-rata kualitas SDM kita masih berada di bawah negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (11), Malaysia (33), Thailand (40), dan Filipina (50). Laporan itu memotret seberapa berkualitas SDM di tiap-tiap golongan umur lewat empat elemen indikator human capital, yakni capacity (kemampuan pekerja berdasarkan melek huruf dan edukasi), deployment (tingkat partisipasi pekerja dan tingkat pengangguran), development (tingkat dan partisipasi pendidikan), dan know-how (tingkat pengetahuan dan kemampuan pekerja serta ketersedia­an sumber daya) di tiap negara.

Berdasarkan empat indikator tersebut, WEF (yayasan organisasi nonpro­fit yang didirikan di Jenewa pada 1971 dan terkenal dengan pertemuan ta­hunannya di Davos, Swiss), memberi peringkat untuk mencari negara-negara mana yang telah berhasil membangun SDM-nya dengan baik. Berdasarkan indikator capacity, Indonesia berada di peringkat ke-64 dengan nilai 69,7. Nilai itu didasarkan pada tingkat buta huruf dan kemampuan berhitung yang telah mencapai nilai 99,7 di golongan umur 15-24 tahun.

 

KOREA SELATAN

Memang, salah satu kunci sukses Korea Selatan menjadi negara maju adalah “self-confidence“, kepercayaan diri bangsanya yang begitu tinggi. Orang Korea Selatan terkenal tangguh, ulet, dan percaya diri, mereka tak hanya pandai meniru kemajuan negara lain, namun juga dengan bekal keuletan dan kepercayaan diri yang tinggi, mereka berhasil mendongkrak kreativitas serta “mengekspor” kemajuan teknologi dan budayanya ke negara lain. Saat ini, siapa yang tak kenal Samsung, LG, KIA, Hyundai, dan merek-merek Korea lainnya? Tak hanya industrinya, bahkan virus budaya pop Korea, “K-Pop”, pun berhasil merambah berbagai belahan dunia.

Kunci berikutnya yang membuat Korea Selatan maju adalah kemauan belajar bangsanya yang sangat tinggi. Perusahaan-perusahaan ternama Korea tidak segan mengirim kader-kadernya untuk belajar dari negara-negara maju. Salah satu contoh yang terkenal, misalnya, strategi Samsung yang mengirimkan para pegawai “bintang”-nya ke berbagai belahan dunia selama setahun melalui sabbatical program, terbukti berhasil membawa Samsung menjadi merek kelas dunia menyaingi Apple. Langkah Samsung yang brilian ini terpilih menjadi salah satu keputusan bisnis terbesar dalam buku The Greatest Business Decisions of All Time terbitan Fortune Books, New York.

Jiwa kompetitif ditanamkan sejak dini pada setiap anak-anak di sekolah sejak level dasar melalui beban kurikulum yang begitu berat dan padat, yang menurut beliau pun, kadang terlalu berat sehingga seringkali muncul berbagai kritik yang menganjurkan sekolah-sekolah di Korea Selatan untuk lebih mengurangi beban stres anak-anak didiknya. Yang jelas, anak-anak di Korea Selatan memang terbiasa digembleng keras sejak dini sesuai minat dan bakatnya.

 

D. INVESTASI

Saat ini, pemerintah Indonesia berfokus pada meningkatkan investasi, baik investasi publik maupun swasta, untuk menaikkan ekspansi ekonomi Indonesia. Khususnya investasi di bidang infrastruktur dan industri manufaktur disambut baik dalam rangka meningkatkan konektivitas di seluruh nusantara (untuk mengurangi biaya logistik dan meningkatkan kualitas iklim investasi dan daya saing nasional) serta mengurangi ketergantungan tradisional Indonesia pada ekspor komoditas (mentah).

Maka pemerintah Indonesia telah menunjukkan semangatnya untuk memperbaiki iklim investasi – misalnya dengan memotong birokrasi, deregulasi dan dengan menawarkan insentif pajak di sektor-sektor tertentu kepada investor yang memenuhi kriteria tertentu – dalam upaya untuk menarik investasi swasta.

Meskipun pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah secara signifikan meningkatkan anggaran untuk investasi publik (sebagian dimungkinkan karena telah mengurangi belanja publik untuk subsidi energi) dan semakin mendorong pemerintah daerah untuk berinvestasi lebih banyak dalam infrastruktur fisik, pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai semua proyek yang diperlukan. Oleh karena itu, investor swasta dipertimbangkan untuk membiayai bagian terbesar dari kebutuhan investasi pada tahun-tahun mendatang.

KOREA SELATAN

Realisasi investasi Korea Selatan (Korsel) pada sektor manufaktur Indonesia melonjak 422% menjadi US$ 1,15 miliar selama tahun 2011, dibandingkan tahun sebelumnya US$ 0,22 miliar. Angka investasi itu merupakan penanaman modal langsung di sektor manufaktur nasional.

Berdasarkan Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), tahun 2010, investasi Korsel di sektor manufaktur Indonesia tercatat US$ 0,221 miliar dengan 220 proyek. Tahun 2011, investasi negara tersebut melonjak menjadi US$ 1,154 miliar dengan 359 proyek.

Sementara itu, total investasi Korsel yang mengalir ke Tanah Air sepanjang tahun lalu mencapai US$ 1,209 miliar dengan 524 proyek. Dengan demikian, investasi Korsel di Indonesia terutama masuk di industri manufaktur.

Sektor-sektor yang menjadi sasaran investasi Korsel di sektor manufaktur di antaranya komponen elektronik, pakaian jadi, kimia, farmasi, baja, ban, dan kemasan.

Dari realisasi investasi manufaktur tahun 2011, proyek Krakatau Posco berkontribusi hingga setengahnya. Dengan realisasi empat proyek, Krakatau Posco sudah mengalirkan dana US$ 582,41 juta, dari rencana awal sebesar US$ 3 miliar yang akan digulirkan hingga 2014.

Di sisi lain, ada juga investasi dengan nilai cukup signifikan yang ditanamkan oleh Hankook melalui dua proyeknya di Tanah Air. Kemudian, ada investasi sebesar US$ 350 ribu oleh Sung Chang Indonesia untuk industri rambut palsu di kota Banjar, Jawa Barat Juga, investasi senilai US$ 36,035 juta oleh Sewon di bisnis sepatu olah raga di Sidoarjo, Jawa Timur.

 

BAB 4 STRUKTUR PRODUKSI, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

A. PENDAPATAN NASIONAL

Pendapatan nasional merupakan sekumpulan pendapatan seluruh masyarakat yang ada di suatu negara. Besar tidaknya  pendapatan nasional ini ditentukan oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi. Dilihat dari jumlah barang atau jasa (produk) yang dihasilkan, produk nasional dibedakan menjadi Gross Domestic Product (GDP) dan Gross National Product (GNP), dua konsep pendapatan nasional inilah yang menjadi tolak ukur atau patokan dalam melihat perkembangan ekonomi suatu negara. Dari dua konsep inilah menghasilkan beberapa konsep baru yakni Gross Domestic Regional Product (GDRP), Net National Product (NNP), Net National Income (NNI), Personal Income (PI), dan Disposable Income (DI).

  1. Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product atau yang lebih dikenal dengan Produk Domestic Bruto (PDB) yang merupakan jumlah keseluruhan dari prooduk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang ada di suatu negara, baik masyarakat asli maupun masyarakat asing yang menghasilkan suatu produk di negara tersebut dan dalam kurun waktu satu tahun kerja. Jadi GDP ini adalah jumlah produk secara keseluruhan yang dihasilkan di negara tersebut.

Pertumbuhan GDP sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni :

  • Perubahan ketersediaan sumber daya yang ada
  • Peningkatan produktifitas
  1. Gross National Product (GNP)

Jika Gross Domestic Product disebut dengan Produk Nasional Bruto, Gross National Product disebut dengan Produk Nasional Bruto. GNP merupakan kebalikan dari GDP, jika GDP yang dilihat adalah domestik atau tempat dimana produk dihasilkan namun GNP melihat kewarganegaraannya. Jadi dimanapun masyarakat asli negara tersebut berada tetap dihitung dan dijumlahkan tanpa memperhatikan produk yang dihasilkan oleh orang asing yang tinggal dan menetap di negara tersebut. Pada dasarnya Gross National Product adalah hasil penjumlahan dari seluruh produk yang dihasilkan oleh warga negara asli suatu negara baik dia berada di negara itu maupun di luar negeri.

Perhitungan GNP adalah GNP itu sendiri – pendapatan warga negara asing yang ada di negara tersebut + pendapatan warga negara tersebut yang ada di luar negeri.

  1. Gross Domestic Regional Product (GDRP)

GDRP atau yang sering disebut dengan produk domestik regional bruto (PDRB) adalah jumlah keseluruhan dari nilai bruto yang dihasilkan atau diciptakan oleh seluruh aktivitas atau kegiatan perekonomian yang bertempat di suatu wilayah selama periode tertentu. Bedanya dengan GDP adalah cakupan wilayahnya. Jika GDP wilayahnya di seluruh titik negara tersebut, sedangkan GDRP hanya regional saja satu titik saja. Misalnya GDRP DKI Jakarta, PDRB Jawa Timur, PDRB Jawa Barat dan lain sebagainya. (Baca juga : Sumber pendapatan daerah – jenis pajak provinsi)

  1. Net National Product (NNP)

Net National Product merupakan suatu konsep yang merupakan hasil dari nilai yang dihasilkan dari Gross National Product yang telah dikurangi dengan penyusutan modal dalam proses produksi. Pada dasarnya NNP ini merupakan konsep pendapatan nasional yang dilihat hanya dari laba yang diperoleh dari produksi tidak secara menyeluruh seperti GNP. Dengan kata lain NNP ini bertujuan untuk mencari netto atau nilai bersih suatu produksi.

  1. Net National Income (NNI)

Selanjutnya kita akan membahas tentang NNI atau pendapatan nasional bersih. NNI merupakan konsep pendapatan nasional yang diperoleh dari imbalan atau balas jasa dari kinerja pemilik-pemiliki faktor produksi yakni pendapatan. NNI ini dihitung dari nilai Net National Product yang dikurangi dengan pajak tidak langsung.

  1. Personal Income (PI)

Personal Income atau pendapatan perseorangan merupakan nilai pendapatan yang secara sah dan formal diterima oleh masyarakat atau rumah tangga yang ada. Nilai pendapatan perseorangan dihitung dari pengurangan NNI dengan dana sosial, pajak perusahaan, laba yang ditambahkan dengan nilai transfer payment pemerintah. dengan kata lain pendapatan perseorangan ini tidak diambil dari pendapatan per individu atau per kapita, malainkan lebih menekankan pada pendapatan secara bersih yang diterima oleh masyarakat. Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang diperoleh dari perhitungan pendapatan nasional yang dibagi dengan jumlah penduduk

KOREA SELATAN

Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan di 2014 tercatat dikisaran 3.3%, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 2.9%. Selain itu, Korea Selatan mencatatkan pendapatan per kapita sebesar US$ 34,356 (atau setara dengan Rp. 446.6 juta, dengan asumsi US$ 1 = Rp 13,000). Perkembangan situasi perekonomian Korea Selatan dilaporkan oleh beberapa institusi, diantaranya Bank Dunia (The World Bank) yang menyebutkan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Korea Selatan pada 2016 mencapai angka US$ 1,411 triliun (US$ current based).

World Bank menyebutkan, dengan populasi penduduk sebanyak 51.24 juta jiwa, maka GDP per kapita Korea Selatan di 2016 senilai tak kurang dari US$ 27,663 atau meningkat lebih dari 2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara menurut Forbes, dengan utang pemerintah setara 45% dari total GDP, angka pengangguran sebesar 3.6%, serta inasi yang terjaga dikisaran 0.7%, Korea Selatan menjadi salah satu negara tempat tujuan berbisnis peringkat ke-28 terbaik di dunia.

 

B. KEMISKINAN

Angka kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen).

Selama periode Maret 2011−Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 399,5 ribu orang (dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 487 ribu orang (dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,48 juta orang pada Maret 2012). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78 persen pada Maret 2012.

Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72 persen pada Maret 2011 menjadi 15,12 persen pada Maret 2012. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2012, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,50 persen, tidak jauh berbeda dengan Maret 2011 yang sebesar 73,52 persen.

Penurunan angka kemiskinan di Indonesia tidak dapat terjadi signifikan di karenakan beberapa faktor diantaranya dikarenakan tingginya angka Inflasi di masyarakat, yang menyebabkan tingginya bahan pokok dan menurunkan tingkat daya beli dari masyarakat. Penurunan angka kemiskinan tersebut terjadi dengan tingkat pertumbuhan di atas 6 persen selama tahun 2010 hingga pertengahan 2012.

KOREA SELATAN

Badan Statistik Korea mencatat tingkat pengangguran Desember 2014 sebesar 3,4 persen atau naik dari 3,1 persen pada November. Tingkat pengangguran berdasarkan musim juga naik dari 3,4 persen menjadi 3,5 persen. Sepanjang 2014, tingkat pengangguran di Korea mencapai 3,5 persen atau 0,4 persen lebih besar dari tahun lalu. Ada 25,59 juta orang yang mendapat kesempatan kerja selama setahun lalu atau naik 533 orang dari 2013 lalu. Peningkatan ini dilaporkan sebagai yang terbesar sejak 2002.

Pengangguran pada Desember 2014 meningkat karena berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian dan perikanan. Tapi kesempatan kerja di sektor manufaktur, kesehatan dan layanan jasa meningkat. Kesempatan kerja di sektor layanan kesehatan dan sosial bertambah 9,7 persen dari 2013 menjadi 152 ribu, manufaktur naik 3,3 persen menjadi 142 ribu, layanan jasa naik menjadi 121 ribu, dan bisnis ritel meningkat menjadi 113 ribu.

Data pemanfaatan buruh juga mencapai 11,2 persen dari 10,2 persen pada November dan 10,1 persen pada Oktober. Pendataan dilakukan berdasarkan indikator Organisasi Buruh Internasional (ILO) yakni pekerja yang ingin bekerja purna-waktu tapi hanya mendapat kerja paruh waktu.

Jumlah pekerja purna-waktu Desember 2014 mencapai 372 ribu atau naik 3,1 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah pekerja temporal juga naik 2,7 persen menjadi 129 ribu dan pekerja harian untuk waktu kurang dari sebulan juga naik 2,4 persen menjadi 38 ribu.

 

REFERENSI:

Warta Warga (2010) Perkembangan Strategi dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia [online]. http:/wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/perkembangan-strategi-dan-perencanaan-pembangunan-ekonomi-indonesia [Diakses 26 April 2018]

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementrian Keuangan (2014) Strategi Pembangunan Korea Selatan [online]. http:/www.bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20268-strategi-pembangunan-korea-selatan [Diakses 26 April 2018]

Sjafrizal, 2009. Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. Baduose Media.

Imagine Your Korea. Geografi Korea. https:/www.visitkorea.or.id/bbs/page.php?hid=geografi_ko [Diakses 1 Mei 2018]

Korea. Negeri Setenang Pagi Hari http:/www.angelfire.com/gundam/sartohalim/penduduk.htm [Diakses 1 Mei 2018]

Taufikurrahman (2013) Belajar Dari Korea Selatan. Detiknews [online], Rabu 21 Februari 2018 https:/news.detik.com/kolom/d-3877912/belajar-dari-korea-selatan [Diakses 1 Mei 2018]

Adiyanto. (2013) Kualitas SDM Indonesia Meingkat. Media Indonesia [online], Jum’at, 15 September 2017 http:/www.mediaindonesia.com/read/detail/122587-kualitas-sdm-indonesia-meningkat [Diakses 3 Mei 2018]

Kementerian PErindustrian Republik Indonesia. Berita Industri. Investasi Korea Selatan Melonjak 422% [online] http:/www.kemenperin.go.id/artikel/3029/Investasi-Korsel-Melonjak-422 [Diakses 3 Mei 2018]

Indonesia Investments. Proyek di Indonesia https:/www.indonesia-investments.com/id/proyek/item5? [Diakses 5 Mei 2018]

Setiyo, H.N. (2016). Perekonomian Korea Selatan: antara data dan realita [online] https:/www.ajarekonomi.com/2016/02/perekonomian-korea-selatan-antara-data.html [Diakses 5 Mei 2018]

DosenEkonomi.Com. (2016). Konsep Pendapatan Nasional di Indonesia [online] https:/dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/publik/konsep-pendapatan-nasional [Diakses 5 Mei 2018]

Fuji Pratiwi. (2015). Tingkat Pengangguran di Korea Selatan Meningkat. Reublika [online], Jum’at 16 Januari 2015 http:/republika.co.id/berita/internasional/global/15/01/16/ni8pdc-tingkat-pengangguran-di-korea-meningkat [Diakses 5 Mei 2018]

 

Leave a comment